Jumat, 17 Januari 2014

PARA MALAIKATKU




            Dengan panggilan itu, aku mungkin terdengar seperti seorang pria yang dimanja. Tapi faktanya aku adalah jagoannya mami. 41 tahun sudah Akhir September kemarin usianya, tapi masih tetap terlihat cantik dibandingkan usianya.  Mungkin jika aku anak perempuan seperti adikku, aku akan bermanja-manja dengannya untuk mencari perhatiannya. Namun aku adalah anak lelaki tertua dikeluargaku, caraku yang cuek bukan berarti aku tidak pernah memperdulikannya. Ketika ia tidak ada di rumah aku akan mencarinya, ketika ia sedang gelisah, saat itulah aku hadir untuknya. Bagiku seperti itulah salah satu cara aku menunjukkan rasa sayangku pada Mami. Tanpa ia berbicara padaku, aku bisa melihat dari wajah cantiknya kalau ia memiliki masalah. Tapi ketika aku bertanya ia akan menutupi dengan senyum manisnya, dia benar-benar tidak ingin membebani anak-anaknya. Padahal bagiku, apapun yang ada di pikiran mami, aku harap aku bisa membantunya, bahkan harus dapat membantunya.
            Aku bangga sama beliau, bagaimana ia selalu berusaha keras untuk membahagiakan anak-anaknya. Bagaimana ia ingin selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pernah juga terjadi beda pemikiran diantara kami, tapi aku tau mungkin itu karna ia belum mengerti maksudku. Terkadang ia terlihat cerewet, tapi ketika ia tak ada di rumah aku merindukannya, bahkan rindu ocehannya juga. Dia adalah satu satunya wanita yang paling mengerti aku. Entahlah harus bagaimana aku mendeskripsikan mami disini, tapi yang pasti aku jagoanmu, dan aku sangat sayang sama Mami J
Dan pasangannya Ayah, bapak, papa maupun papi itu hanyalah sebutan nama. Ada hal yang lebih penting daripada itu, bagaimana pengorbanan beliau dalam membesarkanku. Entah harus mulai darimana aku bercerita, dari awal, dari tengah atau dari akhir aku hanya dapat memulainya dengan cinta. Cintanya yang begitu besar dan tak pernah berkurang tertuang selama 21 tahun usiaku. Kenangan kenangan masa kecil tiba tiba saja hadir di benakku. Ia sosok penyabar yang jarang marah, aku masih ingat betul ketika ia pernah memarahiku, tetapi aku dapat melihat dari matanya bahwa ia tidak pernah bersungguh sungguh memarahiku.Ia telah mengajariku banyak hal, benar benar banyak hal. termasuk mengajariku menjadi pria hebat sepertinya.
            Di depan cermin aku berkata, ”Pap, aku melihat sosokmu  dalam usia muda di cermin, betapa miripnya aku denganmu. Tidak hanya mirip, kelak besar aku ingin sepertimu. Aku ingin bisa membahagiakan keluargaku sepertimu membahagiakan kami. Aku merasakan jerih payahmu. Keringatmu untuk membuat senyum di bibir kami, di bibir anak-anakmu. Bahkan pelukan hangatmu masih berasa ditubuhku, walaupun telah ada jarak  diantara kita”. Aku tidak ingin mengecewakanmu, aku ingin selalu melihat senyummu.  Dan saat ini aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu, papa.

            Thank you for always there for me, and always give the best  {}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar