Dengan panggilan itu, aku mungkin
terdengar seperti seorang pria yang dimanja. Tapi faktanya aku adalah jagoannya
mami. 41 tahun sudah Akhir September kemarin usianya, tapi masih tetap terlihat
cantik dibandingkan usianya. Mungkin
jika aku anak perempuan seperti adikku, aku akan bermanja-manja dengannya untuk
mencari perhatiannya. Namun aku adalah anak lelaki tertua dikeluargaku, caraku
yang cuek bukan berarti aku tidak pernah memperdulikannya. Ketika ia tidak ada
di rumah aku akan mencarinya, ketika ia sedang gelisah, saat itulah aku hadir
untuknya. Bagiku seperti itulah salah satu cara aku menunjukkan rasa sayangku
pada Mami. Tanpa ia berbicara padaku, aku bisa melihat dari wajah cantiknya
kalau ia memiliki masalah. Tapi ketika aku bertanya ia akan menutupi dengan
senyum manisnya, dia benar-benar tidak ingin membebani anak-anaknya. Padahal
bagiku, apapun yang ada di pikiran mami, aku harap aku bisa membantunya, bahkan
harus dapat membantunya.
Aku bangga sama beliau, bagaimana ia
selalu berusaha keras untuk membahagiakan anak-anaknya. Bagaimana ia ingin
selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pernah juga terjadi beda pemikiran
diantara kami, tapi aku tau mungkin itu karna ia belum mengerti maksudku.
Terkadang ia terlihat cerewet, tapi ketika ia tak ada di rumah aku
merindukannya, bahkan rindu ocehannya juga. Dia adalah satu satunya wanita yang
paling mengerti aku. Entahlah harus bagaimana aku mendeskripsikan mami disini,
tapi yang pasti aku jagoanmu, dan aku sangat sayang sama Mami J
Dan
pasangannya Ayah, bapak, papa maupun papi itu hanyalah sebutan nama. Ada hal
yang lebih penting daripada itu, bagaimana pengorbanan beliau dalam
membesarkanku. Entah harus mulai darimana aku bercerita, dari awal, dari tengah
atau dari akhir aku hanya dapat memulainya dengan cinta. Cintanya yang begitu
besar dan tak pernah berkurang tertuang selama 21 tahun usiaku. Kenangan
kenangan masa kecil tiba tiba saja hadir di benakku. Ia sosok penyabar yang
jarang marah, aku masih ingat betul ketika ia pernah memarahiku, tetapi aku
dapat melihat dari matanya bahwa ia tidak pernah bersungguh sungguh memarahiku.Ia
telah mengajariku banyak hal, benar benar banyak hal. termasuk mengajariku
menjadi pria hebat sepertinya.
Di depan cermin aku berkata, ”Pap, aku
melihat sosokmu dalam usia muda di
cermin, betapa miripnya aku denganmu. Tidak hanya mirip, kelak besar aku ingin
sepertimu. Aku ingin bisa membahagiakan keluargaku sepertimu membahagiakan
kami. Aku merasakan jerih payahmu. Keringatmu untuk membuat senyum di bibir kami,
di bibir anak-anakmu. Bahkan pelukan hangatmu masih berasa ditubuhku, walaupun
telah ada jarak diantara kita”. Aku
tidak ingin mengecewakanmu, aku ingin selalu melihat senyummu. Dan saat ini aku merindukanmu, benar-benar
merindukanmu, papa.
Thank you for always there for me,
and always give the best {}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar